-->

Sunday, January 13, 2013

My Unloved School


START!

“Klik, klik,” aku baru saja surfing di website milik Aberforth Secondary Boarding School. Aku melihat-lihat koleksi fotonya. Cukup menarik. Hanya saja memiliki asrama.
“Bagaimana, Sayang? Sudah ketemu sekolah yang cocok?” tiba-tiba Mom sudah berada di sampingku. Aku menggeleng.
“Mmm, kau mau di Aberforth? Coba lihat link kontaknya,” suruh Mom melihat hasil surfingku.
“Bagus. Mom setuju sekali kalau kau sekolah di sini,” aku mengernyit. Dalam benakku, sekolah asrama memiliki aturan yang sangat ketat. Ini tak boleh, itu tak boleh…
“Kita lihat sekolah yang lain dulu, Kate. Barangkali Aberforth belum ada dalam pikiran Leona,” ucap Dad tiba-tiba. Aku mengangguk-angguk senang.
“Tapi,” tambah Mom,
“Pilihanmu hanyalah sekolah asrama, Leona,” senyumku pudar begitu saja.

My Unloved School

 “Kak, tolong aku. Aku tak mau sekolah di boarding manapun di dunia ini…” pintaku pada Lily. Ia menggeleng.
“Aku tak bisa membantumu, Leona. Keputusan Mom tak bisa di ganggu,” jawabnya pasrah.
“Kau tentu masih ingat bagaimana aku ketika hendak masuk SMU? Mom menyuruhku masuk SMU Keita, padahal aku ingin sekolah di luar negeri,” aku menunduk. Bukannya aku tak ingin berpisah dengan orangtua, tapi aku takut jika tidak punya teman di sana hanya karena aku islam. Aku memandangi wajah kakakku dengan mata sembab. Lily Evergreen, ia sudah bisa memakai jilbab sejak playground, sedangkan aku?
“Sudahlah, Leona, asal kau baik pada siapapun, pasti siapapun akan baik padamu,” ucap Lily seperti mendengar keluhanku.
“Terima kasih, Kak. You’re my best sister in the world,” aku memeluknya.

My Unloved School

Libur akhir tahun hampir usai. Tinggal menghitung hari saja. Di rumah, aku masih disibukkan dengan sanak saudara yang masih sering datang berkunjung. Satu yang membuatku kesal adalah pertanyaan mereka: mau sekolah di mana, Leona?
Aku memutuskan untuk memilih Aberforth, toh pilihanku hanya sekolah asrama. Tak lebih. Benar-benar menyebalkan. Setiap hari aku merasa bahwa keluargaku sibuk menyiapkan keberangkatanku. Granny Emilie dan Grandpa Rudolf tak bosan-bosannya menasehatiku.
“Di sana, banyak orang, juga banyak sifat. Maka, kamu harus pandai bergaul, bla, bla…”
“Jaga sikapmu. Jangan sampai menyakiti hati orang lain. Sesama teman harus...” dan masih banyak lagi.
Mom dan Dad sibuk mengurus administrasi sekolahku. Sedangkan Lily, kakakku, membantu menata pakaianku. Aku sendiri masih tidak bisa menerima kenyataan kalau aku harus sekolah di boarding. Bayangkan coba!
“Leona, jangan lupa bawa piyama. Alat-alat mandi, alat sholat…” Mom rebut sendiri. Aku mengerjakan tanpa suara. Begitu terus sampai hari keberangkatan.

My Unloved School

No comments:

Post a Comment